
Ibadat ekumenis dalam rangka Pekan Doa Sedunia (PDS) digelar di Gereja Kristen Jawa Sidomulyo Jl. Parangtritis KM 20, Rabu (25/1/2023). Kegiatan itu berlangsung pukul 15:00 – 17:30. Acara ini dihadiri lebih dari 100 orang Kristiani dari berbagai Gereja.
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
Yoh 17: 20-21.

Penggalan Doa Yesus, dalam Injil Yohanes ini menjadi inspirasi bagi pelaksanaan Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Persatuan Umat Kristiani. Adanya pekan doa sedunia bertujuan untuk mendoakan persatuan gereja-gereja kristen di dunia untuk kembali kepada semangat Injili Yesus Kristus sendiri .
Menurut sejarah pekan doa sedunia, biasanya dilaksanakan pada tanggal 18-25 Januari setiap tahunnya. Gerakan PDS ini dimulai pada tahun 1894 Paus Leo XIII mendorong adanya kebiasaan untuk menyelenggarakan suatu pekan Doa untuk kesatuan gereja-gereja dalam kerangka Pentekosta. Berangkat dari dorongan Paus Leo XIII itu, pada tahun 1908 Pastor Paul Wattson SJ mengusulkan dimulainya suatu pekan doa terorganisir yang diberi nama "Pekan Doa Sedunia Untuk Kesatuan Gereja". Usulan Pastor Paul Wattson itu kemudian ditanggapi secara positif sekali oleh Dewan Gereja-Gereja sedunia tahun 1926 melalui gerakan Faith and Order yang menerbitkan adanya saran-saran untuk suatu Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani.
Sejak saat itu setiap tahun diadakan pekan doa bersama dengan keterlibatan para pimpinan Gereja di antaranya Paus Paulus VI melakukan doa bersama Batrik Athenagoras I melambungkan doa Yesus "Ut Omnes Unum Sint" (Yoh 17), hingga lahirnya Dekrit Ekumenisme Konsili Vatikan II yang menandaskan bahwa doa merupakan jiwa dari gerakan ekumenis, maka dekrit "Unitatis Redintegratio" (1964) mendorong Pekan Doa Sedunia terus dilaksanakan hingga terwujudnya Doa Kristus tersebut.
Sejak tahun 2004,
terjadi kesepakatan dari Dewan Gereja-Gereja Sedunia (World Council of
Churches) yang diwakili oleh komisi Faith and Order dan Gereja Katolik Dewan
Kepausan. Kesepakatan dilakukan melalui penyusunan dan penerbitan bahan-bahan
doa memajukan kesatuan umat Kristiani. .
Di Bantul selatan, khusus nya kapanewon Bambanglipuro, kegiatan Ekumenis ini dalam rangka PDS adalah kali kedua setelah tahun lalu PDS pertama diselenggarakan di gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran tahun 2022. Pada kesempatan kali ini acara diselenggarakan di GKJ Sidomulyo di bawah koordinasi Pendeta Bpk. Corvinus Wahyu Nugroho, S. Th. dan Bpk Pnt. Drs. Ig. Purwanto selaku Ketua Penyelenggara dan Rm Raymundus Sugihartanto Pr. Pastor paroki Gereja katolik HKTY Ganjuran dan Bpk Totok Dwi selaku koordinator tim HAK paroki Ganjuran. Dalam kesempatan ini diundang serta beberapa Gereja Kristen dan Gereja Katolik wilayah diundang, diantaranya: GKJ Pundong, GKJ Jodog, GKJ Patalan, Gereja Kerasulan Baru Plemantung, Gereja Katolik wilayah st Lukas Tambran, Gereja Katolik wilayah Kretek, Gereja Katolik wilayah Baros, Gereja Katolik wilayah Ngireng-ireng, Paguyuban Abdi Tyas Dalem paroki Ganjuran, Penyuluh Agama Katolik dan Kristen Kemenag Bantul, Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) kab Bantul dan Komunitas Focolare Indonesia serta Dewan Pastoral Paroki HKTY Ganjuran.
Ibadat Ekumenis dipimpin
oleh Pendeta Wahyu (GKJ Sidomulyo), Pendeta Yafet (GKJ Pundong), Romo Setya
Budi Sambodo Pr dan Frater Paulus Budi dari Gereja Katolik Ganjuran.
Dalam pengantar ibadat,
Rm Setya Budi Sambodo memaparkan bahwa tema Pekan Doa Sedunia tahun ini
dirancang oleh kelompok kerja Dewan Gereja Minnesota Belajarlah Berbuat
Baik dan Usahakanlah Keadilan.Tema ini mengambil sumber dari Kitab Nabi
Yesaya. Konteks Nabi Yesaya berbicara mengenai upaya membangunkan kesadaran
orang-orang Yahudi terhadap realitas situasi mereka. Alih-alih menghormati
religiusitas kontemporer sebagai berkah, Yesaya melihatnya sebagai luka bernanah
dan penistaan di hadapan Yang Maha Kuasa. Ketidakadilan dan
ketidaksetaraan menyebabkan fragmentasi dan perpecahan.
Lebih lanjut Rm Setya
Budi menyampaikan bahwa Tema PDS 2023 selaras dengan Arah Dasar Keuskupan Agung
Semarang Tinggal dalam Kristus dan Berbuah, Bersatu dan Bersinergi demi
Indonesia Damai. Umat Katolik Keuskupan Agung Semarang dan Kristen
Protestan bersinergi agar gerakan berbuat baik dan upaya mewujudkan keadilan
dapat nyata dialami dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.Kita
semua dipanggil untuk bekerja sama mewujudkan Indonesia Damai. Kita bertanggung
jawab dan terlibat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
terhindar dari perpecahan dan maraknya politik identitas.
Pendeta Wahyu dalam kotbahnya mengatakan terkait tema “Belajarlah Berbuat Baik dan Usahakanlah Keadilan”, mengandung maksud berbuat baik berarti melakukan perbuatan yang bermanfaat untuk kebaikan hidup bersama sebagaimana dikehendaki Tuhan melalui tindakan memperjuangkan keadilan bagi semua orang. Tindkan baik untuk keadilan ini sangat bermanfaat untuk siapa pun tanpa memandang perbedaan. Dengan cara ini usaha mempertemukan karya kasih Gereja-gereja Kristus perlu menjadi gerakan bersama. Relasi yang tulus perlu dibangun sehingga memungkinkan adanya persaudaraan yang tulus.
Purwanto, selaku ketua
paenyelenggara dalam sambutanya mengatakan, bahwa Pekan doa ini tidak hanya
menjadi momen tahunan karena sebenarnya persaudaraan ini perlu menjadi bagian
dari hidup sehari-hari.Gerakan Pekan Doa Sedunia 2023 diharapkan bisa
mempererat tali-tali persaudaraan yang memperteguh ikatan persaudaraan dengan
semangat kebersamaan di antara para pemimpin dan jemaat umat Katolik dan umat
Kristen di wilayah Bantul selatan ini.
Seusai ibadah
dilanjutkan dengan sharing pengalaman pelayanan dalam rangka berbuat baik untuk
sesame dari perwakilan Gereja-gereja yang hadir.
Komentar